Mari Berbaik Sangka
Pernah ga kalian merasa bahwa kalian punya mimpi terlalu rumit? Seperti aku yang hari ini punya pikiran demikian. Merasa berbeda karena punha mimpi yang terlalu macam-macam. Kenapa sih mimpinya ga biasa aja. Kuliah, pulang kampung, jadi PNS, menikah, punya anak, punya rumah.
Pasti kalian yang mengenalku juga merasa aku orang ribet yang harus kuliah di jurusan aneh-aneh, kerja, resign, lamar sana sini. Kenapa ga seperti orang kampung yang lain saja?
Haha. Ijinkan aku tertawa sebentar. Pertama adalah menjadi orang kampung merupakan suatu takdir, dilahirkan dari keluarga pegunungan yang jauh dari kehidupan serba mewah mengajarkan mental baja. Bagaimana bisa "stunting girl" bisa hidup sendirian di mana-mana kalau tanpa mental baja? Tapi untuk bertahan menjadi orang kampung adalah pilihan. And it wasn't my choice. Aku punya keinginan kuat untuk membawa keluargaku pergi dari sana suatu saat nanti.
Bagiku merantau adalah pilihan terbaik untuk berusaha hidup keluar dari zona nyaman. Merantau pula lah yang mengajarkan banyak hal dan merasakan segala hal harus bisa dilakukan sendiri. Di sana pula kita bisa temukan teman yang selanjutnya bisa kita rasakan sebagai keluarga.
Kembali ke soal mimpi. Aku memang dilahirkan dengan keinginan kuat. Alhamdulillah Allah menganugerahi mimpi-mimpi besar yang ada dalam hidupku selama ini. Dan hingga saat ini hampir semuanya dapat aku miliki satu per satu meskipun prosesnya banyak mencampur keringat dan air mata. Tapi aku percaya Allah memberikan mimpi yang disertai dengan kemampuan untuk mencapainya. Kamu yang punya mimpi sederhana, sungguh harus mencoba untuk punya target yang terkesan impossible. Kamu harus merasakan nikmatnya berjuang dalam lamat-lamat doa dan pengharapan. Kemudian menunggu Allah menjawab doa dengan "ya, nanti, atau tidak dan akan diganti dengan yang lebih baik"
Pasti ada kegagalan sebelumnya, tapi hingga usiaku saat ini Allah hampir selalu memberi jalan pada segala hal yang aku usahakan. Bahkan, sebegitu baiknya hingga Allah ikut mengingatkan pada mimpi yang pernah dibuat. Sungguh, aku tak pernah berusaha untuk mendikte Allah dalam urusan hidupku. Tapi aku selalu percaya Allah berada di setiap prasangka hamba-Nya.
Maka berbaik sangka lah, karena Allah berada dalam prasangka hamba Nya.
Ada beberapa hal yang pernah menjadi bukti di kehidupanku pribadi bahwa Allah bersama prasangkaku selama ini. Mulai dari bangku Sekolah Dasar, doa seorang anak yang akan masuk bangku Sekolah Menengah Pertama hanya berharap untuk mendapatkan peringkat 1 agar sesekali orangtua ku bangga. Awalnya memang aku tak pernah mendapat peringkat 1, dan kakakku sering mendapatkannya. Tangan Allah bergerak, masuk ke jenjang berikutnya Allah tak pernah mengabsen aku dari harapan tersebut. Bahkan Allah sebaik itu pada harapan anak ingusan yang belum paham apa itu hidup.
Masuk SMA dengan menjadi minoritas awalnya memang terasa sulit, tapi Allah yang memudahkan. Segalanya yang awalnya pengen ikut seleksi olimpiade, berjuang sana sini hingga Allah menjawab doa dengan "nanti dulu", sempat gagal tahun pertama dan Allah memberinya di tahun kedua yang sebelumnya sempat goyah karena merasa semuanya ga mungkin. Tapi inilah nikmatnya bermimpi dan menyadari bahwa kadang menyerah dan keberhasilan punya jarak yang sangat tipis, sehingga yang perlu kita lakukan adalah terus berusaha hingga semuanya selesai, karena kadang sedikit lagi kita akan berhasil.
Masuk ke perguruan tinggi pada saat itu menjadi momok mengerikan. Membayangkan satu orang harus bertanding dengan puluhan orang untuk mendapat satu bangku. Dulu ga sempet kepikiran kalau saingannya adalah orang se-Indonesia dan aku cuma seorang siswa di Kabupaten yang lokasi di petanya aja enggak ada. Haha. Tapi aku cuma berpikir pada saat itu sesederhana " Allah itu punya segalanya, masa iya aku cuma mau satu dari ribuan bangku universitas negeri Allah ga ngasih? Pasti Allah akan kasih kok" kemudian proses dimaki-maki orang karena ga ikut bimbingan belajar untuk ujian tulis. Ya karena aku yakin aja saat itu Allah bakal ngasih dari jalur undangan. Meskipun masih tetep baca-baca contoh-contoh soal ujian masuk dari kakak kelas dan ikut try out sana sini. Sampai sempet nangis nangis ga jelas karena orang tua sempet ga percaya anak bungsu dan manja mau kuliah jauh di kota hujan yang jaraknya ga deket dari rumah. Nyatanya Allah yang membuktikan semua baik-baik aja, hingga saat ini.
Hingga waktunya lulus saya punya target untuk masuk lab mikrobiologi dan harus selesai 4 tahun. Hal itu sebagai pemenuhan janji terhadap orang tua dan pembuktian bahwa masuk lab mikrobiologi ga harus lulus lama. Meskipun harus ngorbanin ga ikut fieldtrip yang sudah diganti Allah beserta uang dan uang sakunya beberapa bulan lalu. Dan Allah ngasih itu bener-bener tepat waktu H-1 penutupan pembayaran semester, semuanya kerasa gampang banget pas akhir. Wisuda tahun 2016 pun tercapai dan Allah ngasihnya di akhir tahun, tapi kan masih 2016. Hehe
Allah pun masih memberi kejutan-kejutan hebat hingga saat ini. Saat kemarin sempat hilang arah dan mau melupakan target karena semua berasa ga mungkin. Allah ngingetin lagi dengan menunjukkan kuasa-Nya supaya aku bisa melihat semuanya terlihat mungkin. Sebaik itu Allah sama hambaNya ini, padahal aku bukan hamba yang baik tapi sedang berusaha memperbaiki diri.
Kadang malu, Allah sebaik itu sama aku tapi akunya masih gini gini aja. Tapi hal yang perlu digaris bawahi bahwa Allah berada di prasangka hamba-Nya, maka bermimpilah sebesar-besarnya karena dari mimpi itulah semuanya akan terasa dekat. Tidak ada yang terlambat untuk mengubah mimpi di hidupmu. Bermimpi dan berprasangka baiklah!
Pasti kalian yang mengenalku juga merasa aku orang ribet yang harus kuliah di jurusan aneh-aneh, kerja, resign, lamar sana sini. Kenapa ga seperti orang kampung yang lain saja?
Haha. Ijinkan aku tertawa sebentar. Pertama adalah menjadi orang kampung merupakan suatu takdir, dilahirkan dari keluarga pegunungan yang jauh dari kehidupan serba mewah mengajarkan mental baja. Bagaimana bisa "stunting girl" bisa hidup sendirian di mana-mana kalau tanpa mental baja? Tapi untuk bertahan menjadi orang kampung adalah pilihan. And it wasn't my choice. Aku punya keinginan kuat untuk membawa keluargaku pergi dari sana suatu saat nanti.
Bagiku merantau adalah pilihan terbaik untuk berusaha hidup keluar dari zona nyaman. Merantau pula lah yang mengajarkan banyak hal dan merasakan segala hal harus bisa dilakukan sendiri. Di sana pula kita bisa temukan teman yang selanjutnya bisa kita rasakan sebagai keluarga.
Kembali ke soal mimpi. Aku memang dilahirkan dengan keinginan kuat. Alhamdulillah Allah menganugerahi mimpi-mimpi besar yang ada dalam hidupku selama ini. Dan hingga saat ini hampir semuanya dapat aku miliki satu per satu meskipun prosesnya banyak mencampur keringat dan air mata. Tapi aku percaya Allah memberikan mimpi yang disertai dengan kemampuan untuk mencapainya. Kamu yang punya mimpi sederhana, sungguh harus mencoba untuk punya target yang terkesan impossible. Kamu harus merasakan nikmatnya berjuang dalam lamat-lamat doa dan pengharapan. Kemudian menunggu Allah menjawab doa dengan "ya, nanti, atau tidak dan akan diganti dengan yang lebih baik"
Pasti ada kegagalan sebelumnya, tapi hingga usiaku saat ini Allah hampir selalu memberi jalan pada segala hal yang aku usahakan. Bahkan, sebegitu baiknya hingga Allah ikut mengingatkan pada mimpi yang pernah dibuat. Sungguh, aku tak pernah berusaha untuk mendikte Allah dalam urusan hidupku. Tapi aku selalu percaya Allah berada di setiap prasangka hamba-Nya.
Maka berbaik sangka lah, karena Allah berada dalam prasangka hamba Nya.
Ada beberapa hal yang pernah menjadi bukti di kehidupanku pribadi bahwa Allah bersama prasangkaku selama ini. Mulai dari bangku Sekolah Dasar, doa seorang anak yang akan masuk bangku Sekolah Menengah Pertama hanya berharap untuk mendapatkan peringkat 1 agar sesekali orangtua ku bangga. Awalnya memang aku tak pernah mendapat peringkat 1, dan kakakku sering mendapatkannya. Tangan Allah bergerak, masuk ke jenjang berikutnya Allah tak pernah mengabsen aku dari harapan tersebut. Bahkan Allah sebaik itu pada harapan anak ingusan yang belum paham apa itu hidup.
Masuk SMA dengan menjadi minoritas awalnya memang terasa sulit, tapi Allah yang memudahkan. Segalanya yang awalnya pengen ikut seleksi olimpiade, berjuang sana sini hingga Allah menjawab doa dengan "nanti dulu", sempat gagal tahun pertama dan Allah memberinya di tahun kedua yang sebelumnya sempat goyah karena merasa semuanya ga mungkin. Tapi inilah nikmatnya bermimpi dan menyadari bahwa kadang menyerah dan keberhasilan punya jarak yang sangat tipis, sehingga yang perlu kita lakukan adalah terus berusaha hingga semuanya selesai, karena kadang sedikit lagi kita akan berhasil.
Masuk ke perguruan tinggi pada saat itu menjadi momok mengerikan. Membayangkan satu orang harus bertanding dengan puluhan orang untuk mendapat satu bangku. Dulu ga sempet kepikiran kalau saingannya adalah orang se-Indonesia dan aku cuma seorang siswa di Kabupaten yang lokasi di petanya aja enggak ada. Haha. Tapi aku cuma berpikir pada saat itu sesederhana " Allah itu punya segalanya, masa iya aku cuma mau satu dari ribuan bangku universitas negeri Allah ga ngasih? Pasti Allah akan kasih kok" kemudian proses dimaki-maki orang karena ga ikut bimbingan belajar untuk ujian tulis. Ya karena aku yakin aja saat itu Allah bakal ngasih dari jalur undangan. Meskipun masih tetep baca-baca contoh-contoh soal ujian masuk dari kakak kelas dan ikut try out sana sini. Sampai sempet nangis nangis ga jelas karena orang tua sempet ga percaya anak bungsu dan manja mau kuliah jauh di kota hujan yang jaraknya ga deket dari rumah. Nyatanya Allah yang membuktikan semua baik-baik aja, hingga saat ini.
Hingga waktunya lulus saya punya target untuk masuk lab mikrobiologi dan harus selesai 4 tahun. Hal itu sebagai pemenuhan janji terhadap orang tua dan pembuktian bahwa masuk lab mikrobiologi ga harus lulus lama. Meskipun harus ngorbanin ga ikut fieldtrip yang sudah diganti Allah beserta uang dan uang sakunya beberapa bulan lalu. Dan Allah ngasih itu bener-bener tepat waktu H-1 penutupan pembayaran semester, semuanya kerasa gampang banget pas akhir. Wisuda tahun 2016 pun tercapai dan Allah ngasihnya di akhir tahun, tapi kan masih 2016. Hehe
Allah pun masih memberi kejutan-kejutan hebat hingga saat ini. Saat kemarin sempat hilang arah dan mau melupakan target karena semua berasa ga mungkin. Allah ngingetin lagi dengan menunjukkan kuasa-Nya supaya aku bisa melihat semuanya terlihat mungkin. Sebaik itu Allah sama hambaNya ini, padahal aku bukan hamba yang baik tapi sedang berusaha memperbaiki diri.
Kadang malu, Allah sebaik itu sama aku tapi akunya masih gini gini aja. Tapi hal yang perlu digaris bawahi bahwa Allah berada di prasangka hamba-Nya, maka bermimpilah sebesar-besarnya karena dari mimpi itulah semuanya akan terasa dekat. Tidak ada yang terlambat untuk mengubah mimpi di hidupmu. Bermimpi dan berprasangka baiklah!
Komentar
Posting Komentar